Panduan Pemeliharaan Infrastruktur Jalan untuk Kinerja yang Tetap Optimal
Posted on March 6, 2025 by PT Catur Elang Perkasa
Pemeliharaan infrastruktur jalan adalah salah satu elemen penting untuk menjaga kelancaran aktivitas masyarakat dan keberlangsungan perekonomian. Sebagai jalur utama distribusi barang, jasa, dan mobilitas manusia, jalan berfungsi sebagai penghubung antar wilayah yang mendukung pembangunan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Jalan yang baik juga menyediakan akses yang mudah ke berbagai layanan penting seperti pendidikan, kesehatan, dan fasilitas publik lainnya.
Meskipun memiliki peranan yang sangat penting, jalanan rusak yang dibiarkan dalam waktu lama telah menjadi pemandangan yang umum ditemui. Kerusakan jalan yang terjadi bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari faktor usia, beban lalu lintas yang tinggi, hingga pengaruh cuaca seperti hujan lebat atau panas ekstrem. Sayangnya, banyak kegiatan pemeliharaan jalan dilakukan terlambat atau kurang optimal, sehingga mempercepat degradasi kondisi jalan dan memperparah kerusakannya. Artikel ini akan membahas langkah-langkah penting dalam pemeliharaan infrastruktur untuk memastikan kinerjanya tetap optimal.
Tantangan Perawatan dan Pemeliharaan Jalan
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 31 persen dari total panjang jalan di Indonesia berada dalam kondisi rusak hingga rusak berat. Angka ini menggambarkan tantangan besar dalam menjaga infrastruktur jalan yang layak untuk mendukung mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat.
Salah satu tantangan utama dalam upaya pemeliharaan jalan di Indonesia adalah kurangnya perencanaan dalam pemeliharaan infrastruktur jalan. Tidak adanya perencanaan yang matang menyebabkan kegiatan pemeliharaan sering kali dilakukan secara reaktif setelah kerusakan parah terjadi. Ini juga berdampak pada biaya perbaikan yang menjadi lebih besar. Padahal berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan, penyelenggara jalan memiliki kewajiban untuk menyusun rencana pemeliharaan jalan.
Di sisi lain, alokasi anggaran yang terbatas juga sering kali membuat prioritas pemeliharaan dan perbaikan menjadi tidak optimal. Misalnya di provinsi Sumatera Utara, kebutuhan anggaran untuk perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur diperkirakan mencapai Rp 5,5 triliun. Namun, anggaran yang dimiliki Pemerintah Provinsi hanya sebesar Rp 400 miliar per tahun. Anggaran perbaikan yang kurang memadai seringkali menyebabkan jalan-jalan dengan tingkat kerusakan sedang atau berat dibiarkan dalam kondisi buruk. Mirisnya, masalah ini juga terjadi di berbagai daerah.
Tantangan lainnya adalah minimnya adopsi teknologi modern dalam proses pemeliharaan. Banyak pihak masih mengandalkan metode konvensional yang memakan waktu dan kurang efisien. Padahal, teknologi seperti Sistem Informasi Geografis (SIG) atau sensor pemantauan dapat membantu dalam mendeteksi kerusakan lebih awal dan mempermudah perencanaan pemeliharaan. Padahal dengan menggunakan teknologi ini, pemerintah atau pihak terkait dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian khusus, mengurangi risiko kerusakan yang meluas, serta meningkatkan efisiensi kerja dan anggaran perbaikan.
Prosedur Pemeliharaan Infrastruktur Jalan
Pemeliharaan jalan membutuhkan pendekatan yang terencana untuk memastikan jalan tetap berfungsi optimal. Prosedur pemeliharaan jalan yang dilakukan tidak hanya melibatkan perbaikan saat kerusakan terjadi, tetapi juga langkah-langkah preventif dan terencana. Prosedur pemeliharaan jalan yang baik meliputi langkah-langkah berikut:
1. Pengumpulan Data
Langkah awal pemeliharaan jalan adalah pengumpulan data yang mencakup dua aspek utama: data aset dan data kondisi. Data aset mencakup informasi teknis seperti lokasi jalan, dimensi, dan usia. Sementara itu, data kondisi mencatat status terkini jalan, misalnya tingkat keretakan, keausan permukaan, atau keberadaan lubang. Dengan data yang lengkap, pihak berwenang dapat menganalisis kebutuhan spesifik untuk setiap bagian jalan.
Baca Juga: 7 Tugas Kontraktor Engineering Procurement Construction dalam Proyek
2. Identifikasi Kebutuhan
Berdasarkan data yang terkumpul, dilakukan analisis untuk mengidentifikasi kebutuhan pemeliharaan infrastruktur untuk setiap ruas jalan. Jika ditemukan kerusakan seperti permukaan aspal yang retak atau mulai berlubang, maka kebutuhan yang diidentifikasi adalah penambalan atau pelapisan ulang. Tahap ini membantu memastikan perencanaan pemeliharaan yang lebih tepat sasaran, serta mencegah kerusakan jalan yang lebih parah.
3. Penyusunan Rencana Pemeliharaan/Perbaikan
Setelah kebutuhan diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menyusun rencana intervensi. Intervensi ini mencakup tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memulihkan kondisi jalan ke keadaan optimal. Misalnya, perbaikan drainase untuk mencegah genangan atau penguatan fondasi jalan pada area yang rawan amblas.
4. Menyusun Prioritas Pemeliharaan/Perbaikan
Tidak semua kerusakan bisa diperbaiki sekaligus. Oleh karena itu, setiap rencana intervensi diberi prioritas berdasarkan parameter tertentu seperti volume lalu lintas, tingkat kerusakan, dan risiko keselamatan. Prioritas ini membantu mengalokasikan sumber daya secara efisien, termasuk anggaran yang tersedia untuk pemeliharaan infrastruktur.
5. Perencanaan Anggaran Pemeliharaan
Karena anggaran pemeliharaan seringkali terbatas, langkah ini bertujuan untuk memaksimalkan hasil dari investasi yang tersedia. Dengan memanfaatkan pendekatan cost-benefit, pihak pengelola infrastruktur dapat memastikan bahwa intervensi yang dilakukan memberikan dampak terbesar terhadap keawetan kondisi jalan.
6. Pelaksanaan Pemeliharaan Infrastruktur Jalan
Tahap ini mencakup implementasi rencana pemeliharaan, termasuk aspek administratif seperti perizinan, kontrak, dan pengawasan pekerjaan. Kerja sama dengan pihak-pihak terkait menjadi kunci untuk memastikan pekerjaan selesai tepat waktu dan sesuai standar kualitas.
7. Membuat Perkiraan Pemeliharaan Jalan
Pada beberapa kasus, penggunaan teknologi prediktif seperti algoritma atau sistem informasi geografis (SIG) dapat diterapkan untuk merencanakan pemeliharaan infrastruktur jangka panjang. Teknologi ini membantu memprediksi kapan suatu kerusakan kemungkinan besar akan terjadi, sehingga langkah pencegahan dapat dilakukan lebih awal.
Dengan prosedur yang terstruktur, pemeliharaan jalan tidak hanya mengurangi risiko kerusakan besar, tetapi juga memastikan kelancaran mobilitas yang mendukung aktivitas sehari-hari masyarakat. Perencanaan yang matang dan penggunaan teknologi modern menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga infrastruktur jalan tetap optimal.
Jika Anda tertarik dengan tentang topik ini atau membaca artikel menarik lainnya seputar pengelolaan infrastruktur, kunjungi blog Catur Elang Perkasa. (Septiani)